Minggu, 22 November 2015

Terpaku Dalam Sunyi

begitu banyak yang ingin ku ungkapkan
namun entah mengapa ini rasa teramat sulit
aku bagai seorang yang bersuara lantang
namun ular melilit namun tak mampu menjerit

mungkin ini yang dinamakan konflik batin
rasa kesal di dalam hati namun tak terungkapkan
oh tuhan bantu aku
bantu aku mengatasi ini, masalah yg tak henti

oh ya tuhan berikan aku jalan keluar
utuk melewati ujian darimu ini
karna hanya padamu ku meminta
dan padamulah aku memohon

Jumat, 20 November 2015

Sosial Media. Mendekatkan yang jauh namun Menjauhkan yang dekat

                  Seperti judul di atas sudah jelas bahwa Sosial Media memberikan dampak Positif serta dampak Negatif.
Mendekatkan yang jauh. ya sosial media membantu kita dalam urusan komunikasi dengan orang yang jauh. mempertemukan kita dengan dia yang entah jauh disana bahkan berbeda zona waktu namun kita tetap bisa bertatap muka sampai bercanda tawa. kita juga bahkan bisa berkenalan dengan orang yang jauh tanpa perlu bertemu satu sama lain itu semua karena Sosial Media. Namun dengan itu semua timbulah masalah baru
Menjauhka yang dekat. Inilah masalah baru tersebut yang dialami oleh orang orang pecandu sosial media, mereka terlalu sibuk dengan orang yang jauh dibandingkan yang ada di dekatnya. orang orang sekarang lebih suka Chat daripada Ngobrol. bahkan kita kadang suka melihat orang yg aktif di dalam grup sosial media belum tentu aktif juga dalam dunia nyata.

so? kesimpulan nya jangan terlalu menggilai dunia maya. Bersosialisasilah di kehidupan nyata karena kita hidup di Dunia yang nyata bukan Dunia Maya.

Hal-Hal yang akan dirindukan setelah lulus Sekolah

1. Pulang Sekolah Nongkrong Dulu
yups ini nih yang mungkin bakalan di kangenin banget buat para lulusan SMA, dan para Mahasiswa yang ngekos. kenapa? ya nanti tuh yang mau langsung kerja kalian pasti cape baget kannn mau nongkrong juga paling kalo weekend doang, susah deh pokoknya kalo menurut gua. nah kalo buat mahasiswa yang ngekost ini juga rada susah belom lagi kalo ada tugas dari dosen yang sangar duhhh makin pusing deh ahahaha sekalinya ga ada tugas dompet lagi pasang surut. kemungkinan nongkrong ya paling awal bulan kan hahahaha abis di kirimin duit sama orang tua gitu hahahaha

2. Cabut Pelajaran (siswa sedikit brandal)
ahahaha kalo yang ini? gue sih jarang ya hehehe tergantung gurunya kalo asik ya gue di kelas tapi kalo ga asik alias bikin ngantuk mending cabut ahahaha rame rame dah tuh sama temen sekelas dihukum bareng bareng wkwkwkw bodoh sih tapi ya ngangenin hahahaha orang luar sana bilang "Good Memories form Bad Idea" dan itu bener loh ahahahahaha

3. Upacara
Upacara ngangenin? menurut gua sih cukup ngangenin dan ga akan bisa lo lakuin saat kerja kecuali lo kerja di instansi pemerintahan ya. kalo lo kuliah sih ya gue kurang tau itu kebijakan kampusnya tapi kalo para pegawai swasta? dari senin sampe jum'at kan sama aja. emang pernah liat kepala PT jadi pembina Upacara? ahahaha jarang kan? yaa itu menurut gua lumayan ngangenin lahhh

4. Nyontek
wahahaha ini sih parah ya dan emang gak baik juga hehehehe
nyontek pas masa SMA itu seru kalo ga ketauan aman kalo ketauan ya siap iman aja hahahaha
nyontek ini berbagi guys berbagi jawaban biar semua tau, tapi kalo nyotek ya cerdas juga dong hehehehe
kata orang dulu sih nyontek itu tradisi, pantes sih Indonesia ga maju maju. makanya kalo nyontek itu jangan asal jiplak aja. oiya hal ini juga gabisa lo lakuin pas lagi kerja kan? ya iya lah di kantor kan bagiannya beda beda hehehe
kalo kuliah pas bikin skriphit juga gabisa, kalo sama nanti malah ngulang setaun lagi gimana hahahaha

5. Coret Coret Setelah Lulus
nih paling ngangenin nih menurut gue soalnya ga bisa lo lakuin buat lo yang nanti kuliah maupun kerja, iya kan? yaiyalah masa orang kerja pas tes terus di terima pakaian buat ngelamar lu langsung lu coret coret pake tulisan "gue diterima di PT.xxx" kan gamungkin wkwkwkwkw
kuliah? ini gamungkin juga pas loudah tes skripsi dan lo dapet pengumuman lo lulus gabisa coret coret kan? secara kalo kuliah itu pake baju/ pakaian Casual kan bukan seragam? masa iya baju kesayangan lo terus lo coret pake pilox? hahahaha


kayanya Masa SMA nya cuma 2 part aja nih. dan semua bakalan ngangenin banget buat gue dan gue harap itu juga ngangenin buat kalian. Always remember nih Masa Muda Masa Putih Abu

Sumber : MondayMorning63.blogspot.com (blog saya yang lain)

Biografi Owner Peter Says Denim : Peter Firmansyah

Sewaktu masih duduk di bangku SMA, Peter Firmansyah, pria kelahiran Sumedang 4 Februari 1984, terbiasa mengubek-ubek tumpukan baju di pedagang kaki lima. Kini, ia adalah pemilik usaha yang memproduksi busana yang sudah diekspor ke beberapa negara.
Tak butuh waktu relatif lama. Semua itu mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan, dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.
Sejumlah kelompok musik itu seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan pujiannya dalam situs Petersaysdenim.
Pada situs-situs internet kelompok musik itu, label Petersaysdenim juga tercantum sebagai sponsor. Petersaysdenim pun bersanding dengan merek-merek kelas dunia yang menjadi sponsor, seperti Gibson, Fender, Peavey, dan Macbeth.
Peter memasang harga jins mulai Rp 385.000, topi mulai Rp 200.000, tas mulai Rp 235.000, dan kaus mulai Rp 200.000. Hasrat Peter terhadap busana bermutu tumbuh saat ia masih SMA. Peter yang lalu menjadi pegawai toko pada tahun 2003 kenal dengan banyak konsumennya dari kalangan berada dan sering kumpul-kumpul. Ia kerap melihat teman-temannya mengenakan busana mahal.
”Saya hanya bisa menahan keinginan punya baju bagus. Mereka juga sering ke kelab, mabuk, dan ngebut pakai mobil, tapi saya tidak ikutan. Lagi pula, duit dari mana,” ujarnya.
Peter melihat, mereka tampak bangga, bahkan sombong dengan baju, celana, dan sepatu yang mereka dipakai. Harga celana jins saja, misalnya, bisa Rp 3 juta. ”Perasaan bangga seperti itulah yang ingin saya munculkan kalau konsumen mengenakan busana produk saya,” ujarnya.
Peter kecil akrab dengan kemiskinan. Sewaktu masih kanak-kanak, perusahaan tempat ayahnya bekerja bangkrut sehingga ayahnya harus bekerja serabutan. Peter pun mengalami masa suram. Orangtuanya harus berutang untuk membeli makanan.
Pernah mereka tak mampu membeli beras sehingga keluarga Peter hanya bergantung pada belas kasihan kerabatnya. ”Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Saya masih duduk di bangku SMP Al Ma’soem, Kabupaten Bandung,” kata Peter.
Sewaktu masih SMA, Peter terbiasa pergi ke kawasan perdagangan pakaian di Cibadak, yang oleh warga Bandung di pelesetkan sebagai Cimol alias Cibadak Mall, Bandung. Di kawasan itu dia berupaya mendapatkan produk bermerek, tetapi murah. Cimol saat ini sudah tidak ada lagi. Dulu terkenal sebagai tempat menjajakan busana yang dijual dalam tumpukan.
Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Widyatama, Bandung. Namun, biaya masuk perguruan tinggi dirasakan sangat berat, hingga Rp 5 juta. Uang itu pemberian kakeknya sebelum wafat. Tetapi, tak sampai sebulan Peter memutuskan keluar karena kekurangan biaya. Ia berselisih dengan orangtuanya—perselisihan yang sempat disesali Peter—karena sudah menghabiskan biaya besar.
Ia benar-benar memulai usahanya dari nol. Pendapatan selama menjadi pegawai toko disisihkan untuk mengumpulkan modal. Di sela-sela pekerjaannya, ia juga mengerjakan pesanan membuat busana. Dalam sebulan, Peter rata-rata membuat 100 potong jaket, sweter, atau kaus. Keuntungan yang diperoleh antara Rp 10.000- Rp 20.000 per potong.
”Gaji saya hanya sekitar Rp 1 juta per bulan, tetapi hasil dari pekerjaan sampingan bisa mencapai Rp 2 juta, he-he-he…,” kata Peter. Penghasilan sampingan itu ia dapatkan selama dua tahun waktu menjadi pegawai toko hingga 2005.
Pengalaman pahit juga pernah dialami Peter. Pada tahun 2008, misalnya, ia pernah ditipu temannya sendiri yang menyanggupi mengerjakan pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan, sementara uang muka Rp 7 juta dibawa kabur. Pada 2007, Peter juga mengerjakan pesanan jins senilai Rp 30 juta, tetapi pemesan menolak membayar dengan alasan jins itu tak sesuai keinginannya.
”Akhirnya saya terpaksa nombok. Jins dijual murah daripada tidak jadi apa-apa. Tetapi, saya berusaha untuk tidak patah semangat,” ujarnya.
Belajar menjahit, memotong, dan membuat desain juga dilakukan sendiri. Sewaktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Peter juga sempat belajar menyablon. Ia berprinsip, siapa pun yang tahu cara membuat pakaian bisa dijadikan guru.
”Saya banyak belajar sejak lima tahun lalu saat sering keliling ke toko, pabrik, atau penjahit,”katanya. Ia juga banyak bertanya cara mengirim produk ke luar negeri. Proses ekspor dipelajari sendiri dengan bertanya ke agen-agen pengiriman paket.
Sejak 2007, Peter sudah sanggup membiayai pendidikan tiga adiknya. Seorang di antaranya sudah lulus dari perguruan tinggi dan bekerja. Peter bertekad mendorong dua adiknya yang lain untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana. Ia, bahkan, bisa membelikan mobil untuk orangtuanya dan merenovasi rumah mereka di Jalan Padasuka, Bandung.
”Kerja keras dan doa orangtua, kedua faktor itulah yang mendorong saya bisa sukses. Saya memang ingin membuat senang orangtua,” katanya. Jika dananya sudah mencukupi, ia ingin orangtuanya juga bisa menunaikan ibadah haji.
Meski kuliahnya tak rampung, Peter kini sering mengisi seminar-seminar di kampus. Ia ingin memberikan semangat kepada mereka yang berniat membuka usaha. ”Mau anak kuli, buruh, atau petani, kalau punya keinginan dan bekerja keras, pasti ada jalan seperti saya menjalankan usaha ini,” ujarnya.
Merek Petersaysdenim berasal dari Peter Says Sorry, nama kelompok musik. Posisi Peter dalam kelompok musik itu sebagai vokalis. ”Saya sebenarnya bingung mencari nama. Ya, sudah karena saya menjual produk denim, nama mereknya jadi Petersaysdenim,” ujarnya tertawa.
Peter memanfaatkan fungsi jejaring sosial di internet, seperti Facebook, Twitter, dan surat elektronik untuk promosi dan berkomunikasi dengan pengguna Petersaysdenim. ”Juli nanti saya rencana mau ke Kanada untuk bisnis. Teman-teman musisi di sana mau ketemu,” katanya.
Akan tetapi, ajakan bertemu itu baru dipenuhi jika urusan bisnis selesai. Ajakan itu juga bukan main-main karena Peter diperbolehkan ikut berkeliling tur dengan bus khusus mereka. Personel kelompok musik lainnya menuturkan, jika sempat berkunjung ke Indonesia ia sangat ingin bertemu Peter. Ia melebarkan sayap bisnis untuk memperlihatkan eksistensi Petersaysdenim terhadap konsumen asing.
”Pokoknya, saya mau ’menjajah’ negara-negara lain. Saya ingin tunjukkan bahwa Indonesia, khususnya Bandung, punya produk berkualitas,” ujarnya.
Sumber: Kompas
                  http://www.petersaysdenim.com/
                  https://indonesiaproud.wordpress.com/