Melambatnya
pergerakan roda ekonomi membawa dampak bagi sektor ketenagakerjaan Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu satu tahun tingkat
pengangguran di Indonesia mengalami pertambahan sebanyak 300 ribu jiwa.
Kepala BPS Suryamin mengatakan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2014 sebanyak 210 ribu jiwa. Sementara
jika dibandingkan dengan Februari tahun lalu bertambah 300 ribu jiwa.
Suryamin menjelaskan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mencapai 7,4 juta
orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan untuk
tingkat pendidikan tinggi.
"Ini karena ekonomi melambat, sehingga terjadi peningkatan
pengangguran," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/5).
Berdasarkan data BPS, pengangguran untuk lulusan strata satu (S1) pada Februari
2015 menjadi 5,34 persen dibanding Februari tahun lalu yang hanya 4,31 persen.
Begitu juga lulusan diploma mengalami peningkatan pengangguran dari 5,87 persen
menjadi 7,49 persen. Serta pengangguran lulusan SMK yang bertambah dari 7,21
persen menjadi 9,05 persen.
Sementara untuk tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA mengalami penurunan,
masing-masing yakni dari 3,69 persen menjadi 3,61 persen, 7,44 persen jadi 7,14
persen, dan 9,10 persen menjadi 8,17 persen.
"Februari 2015, TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah
dan tertinggi pada jenjang pendidikan SMK, diikuti diploma dan
universitas," jelas dia.
Secara persentase, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2015
sebesar 5,81 persen, meingkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
5,7 persen. Namun, angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan TPT
Agustus 2014 yang sebesar 5,94 persen.
Suryamin menjelaskan perubahan tingkat pengangguran di Indonesia terjadi
selaras dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja yang sebanyak 3 juta orang
dibandingkan dengan Februari 2014 atau sebanyak 6,4 juta orang jika
dibandingkan dengan posisi Agustus 2014. Sayangnya, angka serapan tenaga
kerjanya jauh lebih rendah yakni hanya 1 juta jiwa selama periode Februari
2014-Februari 2015.
Kendati pengangguran bertambah, Suryamin mengklaim jumlah penduduk yang bekerja
pada Februari 2015 juga bertambah 6,2 juta orang dibanding keadaan Agustus 2014
atau bertambah 2,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2014. JUmlah penduduk
yang bekerja per Februari 2015 tercatat sebanyak 120,8 juta orang.
Pengaruh
Sektor Pertanian
Berdasarkan sektor ekonominya, meningkatnya pengangguran di Tanah Air
disebabkan oleh berkurangnya jumlah pekerja di sektor pertanian secara
signifikan. Statistik menunjukkan, jumlah pekerja di sektor pertanian per
Februari 2015 sebanyak 40,12 juta jiwa, susut 710 ribu jiwa jika dibandingkan
dengan posisi Februari 2014 yang sebanyak 40,83 juta jiwa.
BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,71 persen pada kuartal I
2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year). Artinya
perekonomian nasional melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang
tumbuh 5,14 persen secara tahunan.
Suryamin mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga
berlaku tercatat sebesar Rp 2.724 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi
Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum
menggembirakan.
Menurutnya, sumber sentimen negatif yang paling berpengaruh adalah perlambatan
ekonomi Tiongkok dan Singapura, yang selama ini menjadi mitra dagang utama
Indonesia baik ekspor maupun impor.
"Ekonomi Tiongkok turun dari 7,4 persen pada kuartal III 2014 menjadi 7,0
persen, sedangkan Singapura turun dari 4,9 persen menjadi 2,1 persen,"
kata Suryamin.
Source : http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150505150630-78-51318/ekonomi-melambat-pengangguran-indonesia-bertambah/